JENIS-JENIS BAMBU YANG BERNILAI EKONOMI

Bambusa bambos (L.) Voss
Nama lokal: bambu ori, jawa: pring ori

Tinggi, diameter dan warna batang:
Tinggi mencapai 30 m (dinding batang sangat tebal dan batang berbulu tebal); 15-18 cm (jarak buku 20-40 cm); hijau muda.

Tempat tumbuh:
Tanah basah, di sepanjang sungai.

Budidaya:
Jarak tanam 6 m x 6 m. Pemberian pupuk kompos 5-10 kg pada saat penanaman berguna untuk pertumbuhan awal. Pemupukan dengan NPK akan meningkatkan biomasa. Jenis ini kurang cocok untuk skala luas karena berduri sehingga menyulitkan dalam pemanenan. Penebangan dapat dilakukan dengan memotong setinggi 2 m dari atas tanah.

Pemanenan dan Hasil:
panen dapat mulai dilakukan setelah umur 3-4 tahun. Sisakan 8-10 batang setiap rumpun untuk mempertahankan tingkat produksi. Hindari pengambilan risoma untuk perbanyakan karena dapat merusak rumpun. Produktivitas tahunan dapat mencapai sekitar 5000-8000 batang/ha.

Manfaat:
Rebungnya (sayuran), daunnya (makanan ternak), dan bibitnya (bahan makanan sekunder) sampai dengan batangnya (keperluan rumah tangga dan bahan dasar bangunan). Jenis ini berguna sebagai pengendali banjir bila ditanam disepanjang sungai dan pelindung tanaman dari angin kencang. Batangnya dipakai untuk industri pulp, kertas dan kayu lapis. Jenis ini juga dapat dipakai sebagai bahan dasar pembuatan semir sepatu, lem perekat, kertas karbon dan kertas kraft tahan air. Rendaman daun bambunya dipakai untuk penyejuk mata dan mengobati penyakit (bronkitis, demam, dan gonorrhoea).

Bambusa vulgaris Schrader ex Wendland
Nama lokal: pring ampel, bambu ampel, haur

Tinggi, diameter dan warna batang:
Tinggi mencapai 10-20 m (batang berbulu sangat tipis dan tebal dinding batang 7-15 mm); 4-10 cm (jarak buku 20-45 cm); kuning muda bergaris hijau tua.

Tempat tumbuh:
Mulai dataran rendah hingga ketinggian 1200 m, di tanah marjinal atau di sepanjang sungai, tanah genangan, pH optimal 5-6,5, tumbuh paling baik pada dataran rendah.

Budidaya:
Jarak tanam 8 m x 4 m (312 rumpun/ha). Pemberian pupuk sangat dianjurkan untuk meningkatlkan hasil. Dosis pupuk per ha adalah 20-30 kg N,0-15 kg P, 10-15 kg K dan 20-30 kg Si. Pembersihan cabang berduri dan dasar rumpun tua akan meningkatkan produksi batang bambu dan mempermudah pemanenan.

Pemanenan dan Hasil:
Pemanenan dapat dimulai setelah tanaman berumur 3 tahun, puncak produksi mulai umur 6-8 tahun. Rebung dapat dipanen 1 minggu setelah keluar dari permukaan. Satu rumpun dalam setahun dapat menghasilkan 3-4 batang baru. Produksi tahunan diperkirakan menghasilkan sekitar 2250 batang atau 20 ton berat kering/ha.

Manfaat:
Air rebusan rebung muda bambu kuning dimanfaatkan untuk mengobati penyakit hepatitis. Batangnya banyak digunakan untuk industri mebel, bangunan, perlengkapan perahu, pagar, tiang bangunan dan juga sangat baik untuk baha baku kertas.

Dendrocalamus asper (Schultes f.) Backer ex Heyne
Nama lokal: bambu petung, buluh betung, bulu jawa, betho.

Tinggi, diameter dan warna batang:
Tinggi mencapai 20-30 m (batang berbulu tebal dan ebal dinding batang 11-36 mm); 8-20 cm (jarak buku 10-20 cm di bagian bawah dan 30-50 cm di bagian atas); coklat tua.

Tempat tumbuh:
Mulai dataran rendah hingga ketinggian 1500 m, tumbuh terbaik pada ketinggian antara 400-500 m dengan curah hujan tahunan sekitar 2400 mm. Tumbuh di semua jenis tanah tetapi paling baik di tanah yang berdrainase baik.

Budidaya:
Jarak tanam 8m x 4m (312 rumpun/ha). Pemberian pupuk sangat dianjurkan untuk meningkatkan hasil. Dosis pupuk setiap tahun adalah 100-300 kg/ha NPK (15:15:15). Untuk memperbanyak rebung baru sangat dianjurkan untuk memberi seresah di sekitar rumpun.

Pemanenan dan Hasil:
Pemanenan dapat dimulai setelah tanaman berumur 3 tahun, puncak produksi mulai umur 5-6 tahun; untuk pemanenan rebung dilakukan satu minggu setelah rebung muncul ke permukaan. Satu rumpun dewasa dapat menghasilkan 10-12 batang baru per tahun (dengan 400 rumpun menghasilkan sekitar 4500-4800 batang/ha). Produktivitas tahunan rebung dapat menghasilkan 10-11 to rebung/ha dan untuk 400 rumpun per ha dapat mencapai 20 ton rebung.

Manfaat:
Rebung dari jenis ini adalah rebung yang terbaik dengan rasanya yang manis dibuat untuk sayuran. Batangnya digunakan untuk bahan bangunan (perumahan dan jembatan), peralatan memasak, bahkan juga untuk penampung air. Banyak digunakan untuk konstruksi rumah, atap dengan disusun tumpang-tindih, dan dinding dengan cara dipecah dibuat plupu.


Dendrocalamus strictus (Roxb.) Nees
Nama lokal: bambu batu

Tinggi, Diameter dan Warna batang:
Tinggi mencapai 8-16 m (batang berbulu tebal dan tebal dinding batang hingga 1 cm); 2,5-12,5 cm (jarak buku 30-45 cm); hijau – kekuningan – buram.

Tempat tumbuh:
Di segala jenis tanah, khususnya tanah liat berpasir dengan drainase yang baik dengan pH 5,5-7,5. Ketinggian dari permukaan laut sampai dengan 1200 dengan curah hujan optimal per tahun 1000-3000 mm.

Budidaya:
Iklim dan jenis tanah memegang kunci dalam keberhasilan penanaman jenis ini. Jika tanahnya miskin hara atau terlalu kering atau kena penyakit akan mempengaruhi elastisitas bambu (mudah patah) dan bisa menyebabkan kerontokan daun. Suhu haruslah berkisar antara 20-30 derajat C (min 5 derajat C, maks 45 derajat C). Aplikasi penyubur NPK sangat dianjurkan (misal campuran 15:15:15 untuk 200 kg/ha). Jarak tanam 3-5 m x 3-5 m (400-1000 rumpun/ha).

Pemanenan dan Hasil:
Dilakukan setelah 3-4 tahun. Pemotongan dapat dilakukan kurang dari 30 cm di atas tanah dan / diatas jarak buku ke dua. Produktivitas tahunan dari penanaman 400 rumpun bisa mencapai sekitar 3,5 ton bamboo atau dengan 200 rumpun bisa mencapai 2,8 ton bamboo.

Manfaat:
Digunakan untuk bahan industri pulp dan kertas, kayu lapis, bangunan, mebel, anyaman, peralatan pertanian, dan peternakan. Daunnya digunakan untuk makanan ternak.


Gigantochloa apus (J.A & J.H. Schultes) Kurz
Nama lokal: bambu apus, pring apus, peri

Tinggi, Diameter dan Warna batang:
Tinggi mencapai 8-30 m (batang berbulu tebal dan tebal dinding batang 1,5 cm); 4-13 cm (jarak buku 20-75); hijau keabu-abuan cenderung kuning mengkilap.

Tempat tumbuh:
Jenis ini dapat tumbuh di dataran rendah, dataran tinggi (atau berbukit-bukit) sampai dengan 1500 m. Bahkan juga dapat tumbuh di tanah liat berpasir.

Budidaya:
Penanaman jenis ini sebaiknya dilakukan antara bulan Desember samapai Maret. Untuk meningkatkan produktivitasnya dapat diberi pupuk kompos atau pupuk kimia, jarak tanam 5-7 m2.

Pemanenan dan Hasil:
Dilakukan setelah 1-3 tahun pada musim kering (antara April sampai Oktober) pada batang yang sudah berumur lebih dari 2 tahun. Produktivitas dalam satu rumpun adalah 6 batang. Produktivitas tahunannya dapat menghasilkan sekitar 1000 batang/ha.

Manfaat:
Biasanya digunakan sebagai tanaman pagar penghias. Batangnya juga dapat dipakai sebagai alat pembuatan pegangan payung, peralatan memancing, kerajinan tangan (rak buku), industri pulp dan kertas dan penghalau angin kencang (wind-break).

Gigantochloa atroviolacea Widjaja
Nama lokal: bambu hitam, pring wulung, peri laka
Tinggi, Diameter dan Warna batang:
Tinggi mencapai 2 m (batang berbulu tipis/halus dan tebal, dinding batang hingga 8 mm); 6-8 cm (jarak buku 40-50 cm); Dari hijau-coklat tua-keunguan atau hitam.

Tempat tumbuh:
Ditanah tropis dataran rendah, berlembab, dengan curah hujan per tahun mencapai 1500-3700 mm, dengan kelembaban relatif sekitar 70% dan temperatur 20-32 derajat C. Dapat pula tumbuh di tanah kering berbatu atau tanah (vulkanik) merah. Jika ditanam di tanah kering berbatu, warna ungu pada batang akan kelihatan semakin jelas.

Budidaya:
Jarak tanam 8 m x 7 m (200 rumpun/ha). Dianjurkan untuk selalu memperhatikan tentang pengairan, pembersihan gulma dan penggemburan tanah secara terus-menerus selama 2-3 tahun setelah awal penanaman. Pembersihan dasar rumpun tua dan penggalian ulang tanah akan meningkatkan produksi rebung.

Pemanenan dan Hasil:
Pemanenan dapat dimulai setelah tanaman berumur 4-5 tahun dengan hasil produksi 20 batang per 3 tahun (atau dengan 200 rumpun/ha dapat menghasilkan sekitar 4000 batang/ha dalam 3 tahun).

Manfaat:
Digunakan untuk bahan pembuatan instrumen musik seperti angklung, calung, gambang dan celempung. Juga berfungsi untuk bahan industri kerajinan tangan dan pembuatan mebel. Rebungnya dapat dimanfaatkan sebagai sayuran.

Gigantochloa pseudoarundinacea (Steudel) Widjaja
Nama lokal: bambu andong, gambang surat, peri

Tinggi, Diameter dan warna batang:
Tinggi mencapai 7-30 m (batang berbulu tebal dan tebal dinding batang hingga 2 cm); 5-13 cm (jarak buku hingga 40- 45 cm); hijau kehijau-kuningan atau hijau muda.

Tempat tumbuh:
Di tanah liat berpasir/tanah berpasir dengan ketinggian hingga 1200 m di atas permukaan laut dengan curah hujan per tahun 2350-4200 mm, temperatur 20-32 derajat C dengan tingkat kelembaban relatif sekitar 70%.

Budidaya:
Jarak tanam 8 m x 8 m. Pemberian pupuk organik maupun pupuk kompos pada awal penanaman sangat berguna sekali bagi peningkatan produksi. Juga dianjurkan untuk dilakukan pembersihan gulma, diperhatikan tentang pengairan serta penggemburan tanah. Pembersihan dasar rumpun tua dan penggalian ulang tanah akan memacu pertumbuhan batang baru.

Pemanenan dan Hasil:
Pemanenan dapat dimulai setelah berumur 3 tahun dengan memotong batang tepat di atas tanah dan sebaiknya dipilih musim kering untuk memanennya. Untuk regenerasi batang baru dianjurkan untuk menggali ulang dan menutup dasar batang sisa panen dengan plastik. Hasil produksi tahunan untuk 275 rumpun/ha menghasilkan sekitar 1650 batang/ha atau 6 batang/rumpun.

Manfaat:
Digunakan untuk bahan bangunan, pipa air, mebel, peralatan rumah tangga, sumpit makan, tusuk gigi, dan peralatan musik. Rebungnya dapat dimasak menjadi sayuran.
Sumber: Sahabat Bambu

Komentar

  1. Apakah ada jenis yang bernilai ekonomis dan tahan terendam air setinggi 3 meter dalam waktu 6-8 bulan, di lokasi rawa? Mohon info

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Musuh Alami (Predator) pada Tanaman Padi

URET PADI