URET PADI
Uret Padi mempunyai
ukuran lebih kecil dari Uret Tebu (Lepidiota stigma F, yang panjang kumbangnya 3,5
- 5 cm,larvanya berdiameter 1,0 – 1,1 cm dengan panjang tubuhnya mencapai 7,5 cm).
Uret yang menyerang tanaman Padi
diketahui ada 3 spesies.
- Exopholis hypoleuca
- Leucopholis rorida
- Phyllophaga helleri
Imago Exopholis hypoleuca |
Hama uret yang paling merugikan pada fase larva karena pada fase ini aktif
menyerang perakaran tanaman padi. Gejala serangan yang ditimbulkan hama uret yaitu tanaman padi
kelihatan layu dan tanaman mudah dicabut karena sebagian atau seluruh akar dimakan.
Hama uret merupakan Famili Scarabaeidae Sub Famili Melolonthinae dari
ordo Coleoptera yang mempunyai siklus hidup sempurna (metamorfose sempurna)
dari telur, larva (uret), kepompong dan serangga dewasa/kumbang (puthul).
Exopholis hypoleuca (lege-Jabar)
: Imago(dewasa) mempunyai panjang tubuh 2,5 cm, kepala warna hitam coklat,
sayap coklat. Jumlah telur antara 15 – 60 butir. Fase Uret (larva) berbentuk huruf “C” ada pada kedalaman 3 – 10 cm, Pupa (kepompong) ada pada
kedalaman 15 – 20 cm. Merusak tanaman Padi Gogo, Sereh, Kacang tanah,
Karet. Tanaman inang : Jahe, Jagung,
Kedelai. Pada tanaman
Karet, uret ditemukan ada pada kedalaman 60 cm.
Leucopholis
rorida ( lonte-Jabar) : Imago(dewasa) mempunyai panjang tubuh 2 –3 cm,
kepala,thorax warna hitam coklat, sayap
hitam. Jumlah telur 35 butir. Fase Uret ada pada kedalaman 20-80 cm. Merusak
tanaman Padi, Ubi Kayu, Karet, Cabai.
Phyllophaga
helleri (puthul, katimumul -Jabar): Imago mempunyai panjang tubuh 1,2 –
1,4 cm. Warna merah coklat. Fase Uret ada pada kedalaman 5 – 20 cm. Telur
menetas menjadi uret bersamaan dengan perkecambahan Padi Gogo. Uret muda memakan humus. Merusak tanaman Padi, Jagung, Tebu,
Bayam.(Ir. Nur Tjahyadi, 1999)
Hama Puthul
Telur (1 –
2 minggu)
Puthul
meletakkan telur ke tanah pada kedalaman 5 - 20 Cm dengan ukuran kecil berwarna
putih bening. Telur diletakkan pada tempat yang sesuai dengan kebutuhan uret
sehingga uret dapat berkembang dengan baik, yaitu tempat yang banyak mengandung
bahan organik, banyak seresah dan tanah yang remah. Telur menetas dalam waktu 1- 2 minggu.
Uret /Larva
(4 – 6 bulan)
Fase Uret sangat merugikan karena aktif merusak akar
tanaman. Setelah telur menetas, uret kecil mulai aktif makan bahan organik atau
seresah selama 1 - 2 minggu.
Uret mulai menyerang akar tanaman padi pada umur 2
minggu sehingga tanaman layu. Saat aktif menyerang, uret ada pada posisi bagian punggung di bawah dan dalam keadaan
tidak aktif posisi punggung uret di bagian atas. Setelah umur cukup, uret
menuju kedalaman tanah kurang lebih 10-30 Cm dan biasanya ditemukan pada
pinggiran pematang. Lamanya uret dalam tanah, berkisar kurang lebih 4 - 6
bulan. Bila situasi tidak menguntungkan misal suhu tidak sesuai atau sangat
kering, uret dapat mengalami proses inaktif yang disebut berdiapause. Uret merusak
dengan cara memakan bagian akar, pangkal
batang pada saat fase vegegatif tanaman karena tanaman masih empuk.Tanaman
yang terserang memperlihatkan gejala kelayuan pada tanaman dan mudah
dicabut karena akar sebagai penahan telah dimakan uret.
Kepompong
(2 bulan)
Biasanya
kepompong dapat ditemukan pada saat musim tanam berikutnya di dalam tanah pada kedalaman
15-30 Cm. Kepompong dapat bertahan dalam tanah sampai umur 2 bulan. Setelah
adanya kelembaban yang cukup, larva inaktif dan kepompong akan berkembang
menjadi puthul.
Imago /Kumbang
Puthul (1 bulan)
Puthul akan muncul pada kondisi kelembaban
yang cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan kepompong. Kondisi kepompong
belum aktif dapat ditemukan pada tanah kedalaman 20-30 Cm. Pada kondisi
kelembaban yang cukup, kepompong akan berubah menjadi puthul sehingga pada
hujan pertama dengan curah hujan yang cukup lembab, puthul akan keluar untuk
terbang mencari pasangannya untuk kawin. Pada musim penghujan pertama,
merupakan pesta-pora bagi hama puthul untuk kawin, setelah itu meletakkan telur
pada tanah-tanah yang gembur. Umumnya umur puthul kurang lebih 30 hari dan
biasanya aktif pada malam hari antara pukul 18.00-20.00.
Inang lain yang diserang uret antara lain tanaman jagung, kedelai, sorghum, kacang tanah.
Cara Pengendalian
Prinsip dalam pengendalian hama uret dengan
pendekatan Pengendalian Hama Terpadu (PHT), yaitu memadukan berbagai teknik
pengendalian yang disesuaikan kondisi setempat, sehingga dapat
dipertanggungjawabkan secara teknis, ekologis,ekonomis dan sosial dengan cara:
1. Melakukan pengolahan tanah dengan kedalaman 30 Cm sehingga larva yang berdiapause dan kepompong dapat keluar,dikumpulkan serta dimusnahkan sehingga akan mengurangi populasi hama uret. Di samping itu hama uret akan terkena alat pengolah lahan dan kena sinar matahari sehingga akan mati.
2. Penangkapan massal dengan melibatkan semua komponen mulai
petani, kelompok tani dan aparat yang terkait. Cara pengendalian ini dilakukan
dengan penangkapan menggunakan perangkap
obor yang di bawahnya diberi penampung puthul serta dilakukan pada pukul
18.00-20.00, karena puthul sangat tertarik pada cahaya lampu dan melakukan
penerbangan untuk mencari pasangan pada jam-jam tersebut. Gerakan penangkapan
puthul dimulai saat musim penghujan pertama yaitu pada kondisi kelembaban yang
cukup untuk perkembangan kepompong menjadi puthul. Penangkapan puthul dilakukan
serempak, melibatkan semua warga masyarakat, dilakukan hati-hati agar tidak
merusak tanaman di sekitarnya, terus-menerus dan kompak. Obor dipasang di
tempat strategis yaitu di ladang atau lapangan. Setelah puthul tertangkap,
harus dimusnahkan dengan cara dibakar atau dikubur, di samping dapat juga
dipergunakan sebagai makanan. Cara tersebut sangat efektif dan efisien dalam
mengendalikan hama uret karena murah dalam pengendalian dan puthul yang
tertangkap sangat banyak.
3. Melakukan penggenangan lahan persawahan pada saat banyak hujan dengan membuat pematang untuk menampung air yang ada pada persawahan. Dengan adanya air di persawahan, uret di dalam tanah akan mati. Di samping itu pada lahan persawahan ditaburi kapur.
3. Melakukan penggenangan lahan persawahan pada saat banyak hujan dengan membuat pematang untuk menampung air yang ada pada persawahan. Dengan adanya air di persawahan, uret di dalam tanah akan mati. Di samping itu pada lahan persawahan ditaburi kapur.
4. Melakukan budidaya tanaman yang sehat dengan pemupukan mengandung unsur N,P dan K sehingga kondisi tanaman dapat tumbuh dengan baik. Dengan demikian ketahanan tanaman akan kuat sehingga kurang disukai uret.
5. Melakukan pengumpanan pada persawahan dengan mencampur gabah dengan parutan gadung. Menggunakan pestisida nabati, antara lain mahoni, tembakau, daun mindi dan daun mimba.
6. Menggunakan agensia hayati Metharizium sp. untuk mengendalikan uret yang terdapat dalam tanah.
7. Untuk daerah endemis uret, sebaiknya sebelum sebar benih dapat dicampur menggunakan pestisida seed treatment sehingga dapat bertahan selama 1 bulan dalam perakaran. Di samping itu pada pemupukan kedua dilakukan dengan mencampur pestisida sistemik sehingga uret akan mati. Kondisi tersebut didukung adanya air sehingga pupuk dan pestisida sistemik dapat bekerja dengan baik.
Keberhasilan pengendalian hama uret, ditentukan bioekologi dan
perilaku hama tersebut. Dengan mengetahui bioekologi dan perilaku, dapat
melakukan tindakan pengendalian dengan cara atau teknik yang tepat dan
keberhasilan bisa maksimal sehingga kehilangan hasil yang disebabkan
hama uret dapat diminimalkan.
Daftar Pustaka
1. Tjahyadi, Nur. 1999. Hama & Penyakit Tanaman.
2. Web : http://insidewinme.blogspot.com/2007/11/akibat-dan-pengendalian-hama-uret.html
Daftar Pustaka
1. Tjahyadi, Nur. 1999. Hama & Penyakit Tanaman.
2. Web : http://insidewinme.blogspot.com/2007/11/akibat-dan-pengendalian-hama-uret.html
Komentar
Posting Komentar