URET PADI




Uret Padi mempunyai ukuran lebih kecil dari Uret Tebu (Lepidiota stigma F,  yang panjang kumbangnya  3,5 - 5 cm,larvanya berdiameter 1,0 – 1,1 cm dengan panjang tubuhnya mencapai 7,5 cm).

Uret yang menyerang tanaman Padi diketahui ada 3 spesies.
  1. Exopholis hypoleuca
  2. Leucopholis rorida
  3. Imago Exopholis hypoleuca
  4. Phyllophaga helleri
Hama uret yang paling merugikan pada fase larva karena pada fase ini aktif  menyerang perakaran tanaman padi. Gejala serangan yang ditimbulkan hama uret yaitu tanaman padi kelihatan layu dan tanaman mudah dicabut karena sebagian atau seluruh akar dimakan.
Hama uret merupakan Famili Scarabaeidae Sub Famili Melolonthinae dari ordo Coleoptera yang mempunyai siklus hidup sempurna (metamorfose sempurna) dari telur, larva (uret), kepompong dan serangga dewasa/kumbang (puthul).
Exopholis hypoleuca (lege-Jabar) : Imago(dewasa) mempunyai panjang tubuh 2,5 cm, kepala warna hitam coklat, sayap coklat. Jumlah telur antara 15 – 60 butir. Fase Uret (larva) berbentuk  huruf “C” ada pada kedalaman  3 – 10 cm, Pupa (kepompong) ada pada kedalaman 15 – 20 cm. Merusak tanaman Padi Gogo, Sereh, Kacang tanah, Karet.  Tanaman inang : Jahe, Jagung, Kedelai. Pada tanaman Karet, uret ditemukan ada pada kedalaman 60 cm.
Leucopholis rorida ( lonte-Jabar) : Imago(dewasa) mempunyai panjang tubuh 2 –3 cm, kepala,thorax warna  hitam coklat, sayap hitam. Jumlah telur 35 butir. Fase Uret ada pada kedalaman 20-80 cm. Merusak tanaman Padi, Ubi Kayu, Karet, Cabai.

Phyllophaga helleri (puthul, katimumul -Jabar): Imago mempunyai panjang tubuh 1,2 – 1,4 cm. Warna merah coklat. Fase Uret ada pada kedalaman 5 – 20 cm. Telur menetas menjadi uret bersamaan dengan perkecambahan Padi  Gogo. Uret muda memakan  humus. Merusak tanaman Padi, Jagung, Tebu, Bayam.(Ir. Nur Tjahyadi, 1999)

Hama  Puthul

Telur (1 – 2 minggu)
Puthul meletakkan telur ke tanah pada kedalaman 5 - 20 Cm dengan ukuran kecil berwarna putih bening. Telur diletakkan pada tempat yang sesuai dengan kebutuhan uret sehingga uret dapat berkembang dengan baik, yaitu tempat yang banyak mengandung bahan organik, banyak seresah dan tanah yang remah. Telur menetas dalam waktu 1- 2 minggu.

Uret /Larva (4 – 6 bulan)
Fase Uret  sangat merugikan karena aktif merusak akar tanaman. Setelah telur menetas, uret kecil mulai aktif makan bahan organik atau seresah selama 1 - 2 minggu. Uret mulai menyerang akar tanaman padi pada umur 2 minggu sehingga tanaman layu. Saat aktif menyerang, uret ada pada posisi bagian punggung di bawah dan dalam keadaan tidak aktif posisi punggung uret di bagian atas. Setelah umur cukup, uret menuju kedalaman tanah kurang lebih 10-30 Cm dan biasanya ditemukan pada pinggiran pematang. Lamanya uret dalam tanah, berkisar kurang lebih 4 - 6 bulan. Bila situasi tidak menguntungkan misal suhu tidak sesuai atau sangat kering, uret dapat mengalami proses inaktif yang disebut berdiapause. Uret merusak  dengan cara memakan bagian akar, pangkal batang pada saat fase vegegatif tanaman karena tanaman masih empuk.Tanaman yang terserang memperlihatkan gejala kelayuan pada tanaman dan  mudah dicabut karena akar sebagai penahan telah dimakan uret.

Kepompong (2 bulan)
Biasanya kepompong dapat ditemukan pada saat musim tanam berikutnya di dalam tanah pada kedalaman 15-30 Cm. Kepompong dapat bertahan dalam tanah sampai umur 2 bulan. Setelah adanya kelembaban yang cukup, larva inaktif dan kepompong akan berkembang menjadi puthul.

Imago /Kumbang Puthul (1 bulan)
Puthul akan muncul pada kondisi kelembaban yang cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan kepompong. Kondisi kepompong belum aktif dapat ditemukan pada tanah kedalaman 20-30 Cm. Pada kondisi kelembaban yang cukup, kepompong akan berubah menjadi puthul sehingga pada hujan pertama dengan curah hujan yang cukup lembab, puthul akan keluar untuk terbang mencari pasangannya untuk kawin. Pada musim penghujan pertama, merupakan pesta-pora bagi hama puthul untuk kawin, setelah itu meletakkan telur pada tanah-tanah yang gembur. Umumnya umur puthul kurang lebih 30 hari dan biasanya aktif pada malam hari antara pukul 18.00-20.00.

Inang lain yang diserang uret antara lain tanaman jagung, kedelai, sorghum, kacang tanah.


Cara Pengendalian
Prinsip dalam pengendalian hama uret dengan pendekatan Pengendalian Hama Terpadu (PHT), yaitu memadukan berbagai teknik pengendalian yang disesuaikan kondisi setempat, sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara teknis, ekologis,ekonomis dan sosial dengan cara:

1. Melakukan pengolahan tanah dengan kedalaman 30 Cm sehingga larva yang berdiapause dan kepompong dapat keluar,dikumpulkan serta dimusnahkan sehingga akan mengurangi populasi hama uret. Di samping itu hama uret akan terkena alat pengolah lahan dan kena sinar matahari sehingga akan mati.

2. Penangkapan massal dengan melibatkan semua komponen mulai petani, kelompok tani dan aparat yang terkait. Cara pengendalian ini dilakukan dengan  penangkapan menggunakan perangkap obor yang di bawahnya diberi penampung puthul serta dilakukan pada pukul 18.00-20.00, karena puthul sangat tertarik pada cahaya lampu dan melakukan penerbangan untuk mencari pasangan pada jam-jam tersebut. Gerakan penangkapan puthul dimulai saat musim penghujan pertama yaitu pada kondisi kelembaban yang cukup untuk perkembangan kepompong menjadi puthul. Penangkapan puthul dilakukan serempak, melibatkan semua warga masyarakat, dilakukan hati-hati agar tidak merusak tanaman di sekitarnya, terus-menerus dan kompak. Obor dipasang di tempat strategis yaitu di ladang atau lapangan. Setelah puthul tertangkap, harus dimusnahkan dengan cara dibakar atau dikubur, di samping dapat juga dipergunakan sebagai makanan. Cara tersebut sangat efektif dan efisien dalam mengendalikan hama uret karena murah dalam pengendalian dan puthul yang tertangkap sangat banyak.

3. Melakukan penggenangan lahan persawahan pada saat banyak hujan dengan membuat pematang untuk menampung air yang ada pada persawahan. Dengan adanya air di persawahan, uret di dalam tanah akan mati. Di samping itu pada lahan persawahan ditaburi kapur.

4. Melakukan budidaya tanaman yang sehat dengan pemupukan mengandung unsur N,P dan K sehingga kondisi tanaman dapat tumbuh dengan baik. Dengan demikian ketahanan tanaman akan kuat sehingga kurang disukai uret.

5. Melakukan pengumpanan pada persawahan dengan mencampur gabah dengan parutan gadung. Menggunakan pestisida nabati, antara lain mahoni, tembakau, daun mindi dan daun mimba.

6. Menggunakan agensia hayati Metharizium sp. untuk mengendalikan uret yang terdapat dalam tanah.

7. Untuk daerah endemis uret, sebaiknya sebelum sebar benih dapat dicampur menggunakan pestisida seed treatment sehingga dapat bertahan selama 1 bulan dalam perakaran. Di samping itu pada pemupukan kedua dilakukan dengan mencampur pestisida sistemik sehingga uret akan mati. Kondisi tersebut didukung adanya air sehingga pupuk dan pestisida sistemik dapat bekerja dengan baik.
Keberhasilan pengendalian hama uret, ditentukan bioekologi dan perilaku hama tersebut. Dengan mengetahui bioekologi dan perilaku, dapat melakukan tindakan pengendalian dengan cara atau teknik yang tepat dan keberhasilan bisa maksimal sehingga kehilangan hasil yang disebabkan hama uret dapat  diminimalkan. 

Daftar Pustaka

1. Tjahyadi, Nur. 1999. Hama & Penyakit Tanaman.
2. Web : http://insidewinme.blogspot.com/2007/11/akibat-dan-pengendalian-hama-uret.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENGENDALIAN PENYAKIT KARAT TUMOR (GALL RUST) PADA TANAMAN SENGON (Paraserianthes falcataria)

Musuh Alami (Predator) pada Tanaman Padi

Kelompok Ternak Kambing KARYA PUTRA MANDIRI