WASPADA SERANGAN BLAST




Berdasar pengamatan di lapangan, yang dilakukan oleh petani bersama sama dengan petugas baik POPT, PPL maupun dari Dinas,pada MK I 2012, di wilayah Desa Banjarejo Kecamatan Rejotangan telah terjadi adanya gejala awal  serangan penyakit blast yang biasa di sebut potong leher.Penyakit blast disebabkan oleh cendawan Pyricularia oryzae Cavara.yang akan berkembang biak dengan sangat cepat pada kondisi kelembaban yang tinggi.
Gejala awal serangan penyakit ini ditandai dengan adanya bercak-bercak coklat pada daun berbentuk ellips,dengan kedua ujung yang meruncing.Pada tahap ini biasa disebut blast daun. Apabila tidak dilakukan pengendalian dan kondisi alam mendukung, akan menyebabkan perkembangan lebih lanjut, dan pada kondisi lebih parah akan menyerang batang padi terutama pada leher malai  yang akan berakibat terjadi kebusukan yang akhirnya malai padi tidak dapat terisi sempurna.
Gejala serangan Pyricularia Oryzae.



             Sebagian besar petani tidak menyadari terjadinya serangan atau gejala awal serangan blast tersebut.Biasanya mereka baru menyadari setelah blast menyerang pada leher batang padi yang akan menyebabkan leher batang padi busuk dan patah,hingga tanaman pada bagian atas mati. Busuk leher malai ini mengakibatkan kehampaan biji.
  Faktor iklim sangat mempengaruhi perkembangan penyakit Blast.Pada kelembaban tinggi pertumbuhan cendawan ini akan berjalan cepat dan menginfeksi tanaman yang ada.
Pemakaian pupuk N yang berlebih juga dapat menyebabkan tanaman menjadi rentan dan mudah terinfeksi cendawan ini.Cendawan Pyricularia Oryzae Cavara, dapat bertahan pada sisa jerami dan gabah sehat,dalam keadaan kering pada suhu kamar, spora cendawan ini mampu bertahan hingga 3 tahun.Untuk daerah tropis, sumber inokulum selalu ada sepanjang tahun.
                Pengendalian Blast dapat dilakukan dengan pergiliran tanaman dengan tanaman selain padi.Dapat juga dilakukan perbaikan cara bercocok tanam, yakni dengan,membenamkan jerami, pengaturan jarak tanam,pupuk berimbang,penyiangan dan perbaikan system pemberian air, serta pemakaian varietas tahan dan perawatan benih dengan fungisida.
                Untuk daerah endemis ,penyemprotan dengan fungisida anjuran dapat dilakukan sebanyak tiga kali, yakni pada saat anakan maksimum, fase bunting dan awal berbunga.Dan yang lebih penting adalah dilakukanya pengamatan secara rutin sehingga mengetahui perkembangan serangan penyakit ini sejak awal.Dengan demikian ,kehilangan hasil panen dapat dihindari.



Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Musuh Alami (Predator) pada Tanaman Padi

URET PADI