JAGUNG


Pada musim Tanam III  kebanyakan petani di Kecamatan Rejotangan bertanam jagung. Apa yang perlu diketahui jika ingin memulai berbudidaya JAGUNG. Ada beberapa TIPS yang bisa digunakan sebagai tambahan pengetahuan dalam berbudidaya jagung.

Memilih Varietas Benih yang Cocok

Sekarang, banyak benih jagung hibrida yang toleran terhadap penyakit bulai dan busuk tongkol.
Dengan luas panen jagung sekitar 4,2 juta ha, betapa besar kebutuhan benih jagung. Dari data di lapangan, ada yang mengatakan porsi penggunaan benih jagung hibrida sekitar 40%, dan ada juga yang mengatakan 55%. Selebihnya, benih jagung komposit.
Kebutuhan benih jagung hibrida per ha sekitar 15—20 kg, tergantung kerapatan tanaman, sedangkan benih komposit sekitar 30 kg per ha. Menurut Bachtiar Kusuma, Marketing Manager PT Mitra Kreasidharma, yang memasarkan benih jagung hibrida Bioseed, tahun lalu kebutuhan nasional benih jagung hibrida sekitar 40.000 ton. Jika harga benih jagung hibrida sekitar Rp50.000 per kg, maka nilainya sekitar Rp2 triliun.
Produktivitas
Pada saat ini rata-rata produktivitas jagung yang menggunakan benih hibrida berkisar 9— 10 ton per ha, sedangkan benih komposit sekitar 2—3 ton per ha. Tidak mengherankan kalau rata-rata produktivitas jagung nasional sekitar 4,29 ton per ha. Karena itu, sebetulnya masih ada ruang untuk meningkatkan produktivitas jagung nasional dengan cara meningkatkan luas lahan yang menggunakan benih jagung hibrida.
Namun, menurut Mudjahiddin, tak mudah mengubah kebiasaan petani dari menggunakan benih jagung komposit ke benih jagung hibrida. “Bukan sekadar mengganti benih jagung lokal ke hibrida, tapi yang lebih penting mengubah habit (kebiasaan) petaninya. Karena kalau hanya mengganti benihnya saja tanpa diikuti dengan pengolahan tanah yang baik, penggunaan pupuk berimbang, pengendalian hama penyakit, hasilnya pasti tidak seperti yang diharapkan petani,” kata General Manager Market Development PT Tanindo Intertraco, itu.
Selain memanfaatkan benih unggul, menurut Mudjahiddin, persyaratan lainnya, pertama, tanahnya tidak terlalu masam. Sebab, kalau tanahnya gambut yang bersifat masam, itu akan menjadi masalah karena produktivitas tidak bisa tinggi, meski jagung tetap hidup. Kedua, ketersediaan air yang cukup. Ketiga, ketersediaan pendukung seperti pupuk, pestisida, dan tenaga kerja.
Tahan bulai
Sekarang, dengan merebaknya penyakit bulai dan busuk tongkol, petani harus pandai-pandai memilih benih jagung hibrida. Misalnya, PT Syngenta Indonesia mempunyai benih NK 6326, yang toleran terhadap bulai dan busuk tongkol. “Dari data terakhir yang kami dapatkan, jika menanam benih NK 6326, kemungkinan terkena bulai sekitar 3% - 4%,” kata Tri Koentjoro, Marketing Manager PT Syngenta Indonesia kepada AGRINA.
Jika ditanam di lahan yang subur, menurut Tri Koentjoro, produktivitas jagung NK 6326  mencapai 13,4 ton per ha. Tapi jika ditanam di lahan kurang subur, hasilnya 8 ton per ha. “Kita harus pandai memilih benih dengan varietas yang cocok dengan tanah,” katanya.
Selain itu, ada benih jagung hibrida DK 979 dari Monsanto, yang tahan serangan bulai. Ketahanan terhadap bulai ini karena menggunakan perlakuan benih dengan Acrobat WP50. Perlakuan benih tersebut efektif melawan serangga, jamur, dan bakteri.
PT Saprotan Benih Utama (SBU) juga mempunyai benih Pak Tani 2, yang tahan terhadap bulai. Menurut Pinekantoro, Manager Benih SBU, ketahanan benih ini terhadap bulai karena sudah mendapat perlakuan dengan menggunakan metalaksil. “Kadang-kadang di beberapa tempat kalau itu sudah endemi (bulai), kena juga,” katanya kepada AGRINA.
Faktor genetis
Sedangkan PT Mitra Kreasidharma, memasarkan Bioseed B-52 dan B-89, yang tahan bulai. Ketahanan bulai ini, menurut Bachtiar Kusuma, karena memang faktor genetis, meski perusahaan tetap menggunakan perlakuan benih. B-89, menurut Bachtiar, cocok untuk dataran tinggi seperti di Karo, Dairi, dan Aceh Tenggara. Sedangkan B-52 lebih cocok di dataran rendah. “Dataran rendahnya sudah dicobakan di Jawa Timur dan baik,” terangnya.
Dari uji coba di lapangan, hasilnya sangat bagus. “Kalau orang lain (benih lain) diserang 50% – 60%, kita punya paling tinggi kena 5%. Jadi, tidak zero,” jelas Bachtiar. Sejak dirilis tahun 2008, Mitra Kreasidharma sudah berhasil memasarkan benih 400 ton.
Rencananya, Mitra Kreasidharma akan memproduksi benih jagung Bioseed di Jember dan Malang, keduanya di Jawa Timur. Untuk penangkaran, perusahaan ini akan bekerjasama dengan petani. Sedangkan proses pengolahannya menggunakan fasilitas Asean Seed (PT Jagung Hibrida Sulawesi) di Jember, yang berkapasitas 120 ribu ton per tahun. “Tahun ini kami akan mulai produksi di Jember,” aku Bachtiar kepada AGRINA.
Bachtiar mengakui, sampai sekarang pihaknya belum mampu memenuhi kebutuhan pasar bebas karena pasokan benihnya masih kurang. Tahun ini target produksi benihnya sekitar 100—200 ton. “Tahun ini baru kita mulai. Kita mesti mencari petani buat kemitraan. Kita masih trial,” katanya. Tahun depan, akan ditingkatkan sampai 1.000 ton.
Menurut Mudjahiddin, pihaknya juga berusaha untuk menghasilkan varietas yang tahan terhadap bulai. Kalau yang benar-benar resisten terhadap bulai sampai sekarang belum ada, tapi kalau yang toleran ada. Toleran berarti masih bisa terserang bulai tapi tanaman jagungnya masih tetap hidup. “Kita berkejaran dengan penyakit, di samping kita juga lagi mencari-cari fungsida yang bisa untuk seed treatment agar terhindar dari bulai,” akunya.
Pilihan buat petani
Tanindo, lanjut Mudjahiddin, mengucapkan selamat datang kepada Mitra Kreasidharma, yang memasarkan benih tahan bulai. Pihaknya sudah menggandeng plant genetic dari perusahaan besar di Amerika Serikat, di samping tetap mengembangkan varietas-varietas mereka sendiri. “Kita sangat siap berkompetisi. Itu semakin asyik. Makin banyak pilihan benih buat petani. Jadi itu baik-baik saja,” tandasnya.
Mudjahiddin membagi tips, kalau mau sukses menjadi petani jagung, kunci utamanya adalah memilih varietas yang resisten atau paling tidak toleran terhadap bulai. Kedua, mencari pestisida yang bisa mengendalikan bulai melalui seed treatment maupun melalui penyemprotan di lapangan. 

PUSTAKA
 1. www.agrina-online.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Musuh Alami (Predator) pada Tanaman Padi

URET PADI