Pelayanan Responsif Konsultasi Pola Kelola Tanam Berbasis Mobile Dan GIS Bagi Petani Di Kecamatan Rejotangan

          Berdasar laporan akhir dalam Direktorat Evaluasi Kinerja Pembangunan Sektoral, 2010, salah satu prioritas kebijakan untuk mewujudkan misi Indonesia sejahtera, sebagaimana tertuang dalam RPJMN 2004-2009 revitalisasi pertanian diharapkan mampu meningkatkan: a) Ketahanan pangan, b) Kapasitas dan Kapabilitas petani dan keluarganya, c) Akses petani terhadap sumberdaya dan informasi, d) Peningkatan daya saing, mutu dan nilai tambah komoditas pertanian bagi kesejahteraan bangsa indonesia.

          Salah satu tantangan utama yang akan dihadapi untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional adalah perubahan iklim. Pembangunan bidang pertanian kedepan akan dihadapkan pada berbagai kendala dan masalah biofisik, diantaranya perubahan iklim yang disebabkan oleh pemanasan global akibat peningkatan gas emisi rumah kaca (GRK). Hal ini berdampak pada perubahan fisik dan biologis lingkungan seperti penigkatan intensitas badai tropis, perubahan pola presipitasi, salinitas air laut, perubahan pola angin, masa reproduksi hewan dan tanaman, distribusi spesies dan ukuran populasi dan frekuensi serangan hama penyakit tanaman. Beberapa unsur iklim yang mengalami perubahan antara lain pola curah hujan, muka air laut, suhu udara dan peningkatan kejadian iklim ekstrim yang menyebabkan banjir dan kekeringan. Pertanian adalah sektor yang paling serius terkena dampak perubahan iklim (Balitbangtan Pertanian, 2011)

          Terdapat dua pendekatan yang dilakukan untuk menanggulangi perubahan iklim yaitu

a. Mitigasi

b. Adaptasi

MITIGASI adalah merupakan langkah-langkah yang diambil untuk mencegah, menghentikan, menurunkan atau setidaknya membatasi emisi gas buang yang menjadi penyebab dari 'efek rumah kaca' di atmosfer. Upaya ini dilakukan dengan cara mengurangi gas emisi dari penggunaan sumber daya energi yang banyak menghasilkan CO2 yang dihasilkan oleh batubara, minyak bumi, gas bumi untuk kegiatan produksi, industri, transportasi. Upaya mitigasi juga bisa dilakukan dengan cara menambah, memperkuat dan memperluas sistem bumi yang berfungsi sebagai penyerap dan penyimpan karbon secara alami, yaitu HUTAN dan LAUTAN.

           Pendekatan ke dua dalam menghadapi perubahan iklim adalah ADAPTASI, yaitu upaya untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan iklim. Upaya adaptasi ini dilakukan dengan menyusun langkah-langkah antisipasi kapan dan dimana akan terjadi, kemudian memperkirakan apa, bagaimana, seberapa besar dampaknya, serta bagaimana mengurangi resiko dan menanggulangi dampak tersebut secara dini dan efektif sehingga tidak menimbulkan resiko kerugian yang lebih besar.
          Untuk menyesuaikan pola tanam dengan perubahan iklim ini dibutuhkan informasi-informasi. Informasi tersebut dapat berupa a) Kalender Tanam, b) Prakiraan musim, c) Cuaca dan Iklim yang diperoleh dari berbagai sumber.
           Sejak jaman dahulu petani Indonesia sudah menerapkan sistim kalender tanam dengan memperhatikan kearifan lokal "pranoto mongso". Tetapi seiring dengan perubahan iklim dan bertambahnya penduduk dengan pesat menyebabkan perubahan yang besar pada penggunaan lahan, keanekaragaman hayati, sehingga sebagian besar flora dan fauna yang berfungsi sebagai indikator telah hilang.

Sumber: 
- Muhtadin; Zaini,A; Sumpeno,S, 2014. Pelayanan Responsif Konsultasi Pola Kelola Tanam Berbasis 
  Mobile & GIS bagi Petani.
- Dari berbagai sumber